Langsung ke konten utama

Liberalism dalam Prespektif Hubungan Internasional

Bangkitnya liberalism ditandai dengan berakhirnya Perang Dingin secara umum, tetapi secara khusus bubarnya Komunisme Soviet. Menurut Fukuyama, berakhirnya konflik Timur-Barat menegaskan bahwa kapitalisme liberal saat ini tidak tertandingi sebangai model, serta titik akhir bagi perkembangan politik dan ekonomi umat manusia. Fukuyama memandang sejarah sebagai sesuatu yangg progresif, linear, dan terarah, dan meyakini ada proses fundamental yang sedang berjalan yang menggerakkan suatu pola evolusioner umum bagi seluruh umat manusia.
Tiga tantangan ortodoksi dalam Hubungan Internasional yaitu: pertama, perkembangan politik dan ekonomi selalu berpusat pada demokrasi liberal-kapitalis yang  mengasumsikan bahwa dunia non-barat berupaya mengikuti jalan yang dilalui Barat kearah Moderenisasi; kedua, Barat adalah penjaga kebenaran moral, dimana ada kemajuan akan mengharuskan seluruh masyarakat untuk memenuhi, tidak memandang perbedaan bangsa dan agama; ketiga, kemajuan sejarah umat manusia bias diukur dengan tidak adanya konflik global dan penerapan prinsip legitimasi secara internasional yang telah berkembang sepanjang masa dalam suatu tatanan politik domestik.
Pernyataan Doyle, bahwa demokrasi liberal secara unik berusaha menjauhkan penggunaan kekuatan dalam hubungan satu negara dengan negara lain, pandangan yang menyangkal anggapan kaum realis bahwa situasi anarkis dalam sistem Internasioanl berarti negara terjebak dalam perjuangan meraih kekuasaan dan keamanan.
Kaum liberal pada umumnya mengambil pandangan positif tentang sifat manusia, meyakini terhadap akal pikiran manusia dan mereka yakin bahwa prinsip-prinsip rasional dapat dipakai pada masalah-masalah internasional. Konflik dan perang tidak dapat dihindarkan, namun ketika manusia dapat memakai akal pikirannya mereka dapat mencapai kerja sama yang saling menguntungkan bukan hanya dalam negara tetapi juga lintas batas negara. Teoritisi liberal yakin bahwa akal pikiran manusia dapat mengalahkan ketakutan manusia dan nafsu akan kekuasaan. Keyakinan terhadap kemajuan adalah asumsi dasar liberal.
Perhatian dasar liberalisme adalah kebahagiaan dan kesenangan individu. Dan pemikiran kaum liberal sangat erat hubungannya dengan kemunculan negara konstitusional modern, dan modernisasi adalah proses yang menimbulkan kemajuan dalam banyak bidang kehidupan. Proses modernisasi memperluas ruang lingkup bagi kerja sama lintas batas internasional.
Dunia yang terbentuk atas demokrasi liberal seharusnya tidak boleh memicu perang, karena semua bangsa satu sama lain akan memahami legitimasi bangsa lain’.[1] Istilah Kant, perdamaian bisa bersifat abadi. Hukum alam mengatur keselarasan dan kerjasama antar manusia. Oleh karenanya, perang itu tidak alami dan tidak masuk akal yang tidak lain hasil hubungan social atau keganjilan sifat manusia yang tak sempurna. Perang adalah kanker dalam tubuh politik yang merupakan akibat dari insting agreif para elit yang otoriter dan tidak bertanggungjawab. Tetapi, dapat disembuhkan oleh manusia dengan 2 cara yaitu demokrasi dan pasar bebas.  Perdamaian pada dasarnya adalah permasalahan mewujudkan tatanan domestik yang sah di seluruh dunia.
Perdagangan bebas juga akan menghancurkan pemisah antara negara dan individu yang bersatu dalam sebuah komunitas. Pasar bebas akan memperluas lingkup kontak dan level komunikasi antara masyarakat dunia, mendukung persahabatan dan pemahaman internasional. Dengan cara yang sama Ricardo yakin bahwa pasar bebas dengan satu kesatuan kepentingan dan hubungan yang sama menyatukan himpunan bangsa yang universal melalui dunia yang beradab. John Stuart Mill juga menyatakan bahwa pasar bebas merupakan cara untuk mengakhiri perang.
Negara kemudian akan dihapuskan dari tanggungjawab langsung terhadap perilaku komersial yang mungkin akan merusak, atau mengancam negara pesaing. Pejabat negara atau pelaku bisnis akan bebas mendirikan perserikatan-perserikatan transnasional yang berperan seperti ruang lobi dalam sebuah penginapan. Terinspirasi oleh keyakinan kaum liberal bahwa kemungkinan konflik antara negara-negara akan mereda melalui melalui penciptaan sebuah kepentingan bersama dalam perdagangan dan kerjasama ekonomi antara anggota-anggota wilayah geografis yang sama. Kemudian, negara-negara akan memiliki sebuah pegangan bersama untuk menjaga perdamaian dan kemakmuran satu sama lain.



Referensi
Burchill, Scott. Andrew Linklater, Teori-Teori Hubungan Internasional. Nusa Media. Bandung. 2011.
Jackson, Robert. Georg Serensen. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2014




[1] Fukuyama, 1992, hal. xx.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terorisme: Suatu Prespektif Jihad Islam Radikal

A. Pendahuluan Hingga tahun 1990-an terorisme masih dianggap persoalan keamanan level dua, namun semenjak insiden 11/9 atau 11 September 2001 dan kemudian di Ankara, Madrid, London merupakan suatu serangan dalam skala dan intesitas yang luar biasa dan mengubah pandangan global terhadap isu terorisme yang telah berubah menjadi suatu ancaman global dan mempengaruhi stabilitas dan keamanan global. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, terorisme adalah puncak aksi kekerasan yaitu penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan, dalam usaha mencapai suatu tujuan (terutama tujuan politik). Sedangkan teroris adalah orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut (biasanya untuk tujuan politik), dan teror adalah perbuatan sewenang-wenang, kejam, bengis, dalam usaha menciptakan ketakutan, kengerian oleh seseorang atau golongan. Ciri sentralnya yang merupakan satu bentuk kekerasan politik yang bertujuan untuk mencapai tujuannya dengan terciptanya iklim ketakutan dan ketundu...

The Melian Dialogue

The Melian Dialogue adalah sebuah percakapan yang dibuat oleh Thucydides. Percakapan ini berisi perihal mengenai negosiasi yang dilakukan oleh perwakilan orang-orang Athena dan penduduk Melian. Dialog Melian mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan Hubungan Internasional. Karena isi dari dialog ini mengandung hal yang berkaitan dengan negosiasi, politik, kekuatan, dan konsep-konsep yang tercakup dalam Teori Hubungan Internasional. Thucydides mengisahkan bahwa dialog ini berawal dari keinginan Athena untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Setelah melakukan beberapa penaklukan, sampailah mereka di pulau Melos. Dalam ekspedisinya, orang-orang Athena membawa 38 kapal dimana dari 38 kapal tersebut 6 diantaranya berasal dari Chios, dan 2 diantaranya berasal dari Lesbos. Mereka juga membawa 1200 hoplites , 300 pemanah, dan 20 pemanah berkuda, semua pasukan ini dibawa dari Athena. 1500 hoplites juga didatangkan dari para sekutunya untuk membantu dalam ekspe...

Diplomasi Yunani Kuno

Pada era Yunani ini kegiatan-kegiatan diplomatik melibatkan para dewa dari bangsa di Yunani yaitu, dewa dari bangsa Olympia, Hermes, serta juga melibatkan dewa Zeus yang bertindak sebagai raja para dewa Yunani. Dalam mitologi Yunani, terdapat orang yang bertugas sebagai utusan atau pembawa berita, pembawa berita ini biasa disebut dengan heralds . Heralds dalam sejarah diplomasi era Yunani dianggap sebagai orang kepercayaan yang berasal dari ras suci yaitu ras Hermes. Hermes dalam era Yunani kuno ini melambangkan sifat-sifat yang memesona, penuh dengan tipu-daya, serta melambangkan sifat cerdik. Heralds atau para pembawa pesan akan menjadi juru bicara yang sekaligus akan melakukan negosiasi di antara suku-suku bangsa yang berbeda. Walaupun heralds merupakan orang kepercayaan Hermes, namun setiap kegiatan diplomatik yang dilakukan oleh pembawa pesan akan tetap mendapat pengawasan dari Hermes. Jika pada era sebelumnya para pembawa pesan atau pembawa berita tidak mendapat hak kekebala...