Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat
pada awal kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu)
pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban kuno (masa yunani). Dalam
sejarah filsafat biasanya filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah
filsafat barat, karena dunia barat (Eropa Barat) dalam alam pikirannya
berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan
tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi
keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Para ahli pikir tidak puas akan
keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya.
A. Pemikiran Pada Masa Yunani Kuno
Pada masa Yunani kuno, filsafat secara umum sangat
dominan, meski harus diakui bahwa agama masih kelihatan memainkan peran. Hal
ini terjadi pada tahap permulaan, yaitu pada masa Thales (640-545 SM), yang
menyatakan bahwa esensi segala sesuatu adalah air, belum murni bersifat
rasional. Argumen Thales masih dipengaruhi kepercayaan pada mitos Yunani.
Demikian juga Phitagoras (572-500 SM) belum murni rasional.
Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang
menentang adanya mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang misteri
alam semesta ini, jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian
ini sebagai suatu demitiologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk
menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi.upaya
para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir , ini
kemudian banyak orang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal
pikir secara murni, maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang
artinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.
Pelaku filsafat adalah akal dan musuhnya adalah hati.
Pertentangan antara akal dan hati itulah pada dasarnya isi sejarah filsafat. Di
dalam sejarah filsafat kelihatan akal pernah menang, pernah kalah, hati pernah
berjaya, juga pernah kalah, pernah juga kedua-duanya sama sama-sama menang.
Diantara keduanya, dalam sejarah, telah terjadi pergugumulan berebut dominasi
dalam mengendalikan kehidupan manusia. Yang dimaksud dengan akal disini ialah
akal logis yang bertempat di kepala, sedangkan hati adalah rasa yang kira-kira
bertempat di dalam dada. Akal itulah yang menghasilkan pengethauan logis yang
disebut filsafat, sedangkan hati pada dasarnya menghasilkan pengetahuan
supralogis yang disebut pengetahuan mistik, iman termasuk disini. Ciri umum
filsafat yunani adalah rasionalisme yang dimana mencapai puncaknya pada
orang-orang sofis.
Terdapat
tiga faktor yang menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu:
1. Bangsa
yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap sebagai awal dari
uapaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian disusun
secara sistematis yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga muncul mitos
selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus, Orpheus dan lain-lain.
2. Karya
sastra yunani yang dapt dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat yunani,
karya Homerous mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk pedoman hidup
orang-orang yunani yang didalamnya mengandung nilai-nilai edukatif.
3. Pengaruh
ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah sungai Nil,
kemudian berkat kemampuan dan kecakapannya ilmu-ilmu tersebut dikembangkan sehingga
mereka mempelajarinya tidak didasrkan pada aspek praktis saja, tetapi juga aspek
teoritis kreatif.
Dengan
adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos (akal),
sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir.
Periode yunani kuno ini lazim disebut periode filsafat
alam. Dikatakan demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya
para ahli pikir alam, dimana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang
diamati sekitarnya.mereka membuat pertanyaanpertanyaan tentang gejala alam yang
bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos.
Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya
mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.
Para pemikir filsafat yunani yang pertama berasal dari
Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia Kecil.
Mereka kagum terhadap alam yang oleh nuansa dan ritual dan berusaha mencari
jawaban tas apa yang ada di belakang semua materi itu.
B. Perkembangan Filsafat Yunani
Pada tahap awal kelahirannya filsafat menampakkan diri
sebagai suatu bentuk mitologi, serta dongeng-dongeng yang dipercayai oleh
Bangsa Yunani, baru sesudah Thales (624-548 S.M) mengemukakan pertanyaan aneh
pada waktu itu, filsafat berubah menjadi suatu bentuk pemikiran rasional
(logos). Pertanyaan Thales yang menggambarkan rasa keingintahuan bukanlah
pertanyaan biasa seperti apa rasa kopi ?, atau pada tahun keberapa tanaman kopi
berbuah ?, pertanyaan Thales yang merupakan pertanyaan filsafat, karena
mempunyai bobot yang dalam sesuatu yang ultimate (bermakna dalam) yang
mempertanyakan tentang Apa sebenarnya bahan alam semesta ini (What is the
nature of the world stuff ?), atas pertanyaan ini indra tidak bisa menjawabnya,
sains juga terdiam, namun Filsuf berusaha menjawabnya. Thales menjawab Air
(Water is the basic principle of the universe), dalam pandangan Thales air
merupakan prinsip dasar alam semesta, karena air dapat berubah menjadi berbagai
wujud.
Kemudian silih berganti Filsuf memberikan jawaban
terhadap bahan dasar (Arche) dari semesta raya ini dengan argumentasinya masing-masing.
Anaximandros (610-540 S.M) mengatakan Arche is to Apeiron, Apeiron adalah
sesuatu yang paling awal dan abadi, Pythagoras (580-500 S.M) menyatakan bahwa
hakekat alam semesta adalah bilangan, Demokritos (460-370 S.M) berpendapat
hakekat alam semesta adalah Atom, Anaximenes (585-528 S.M) menyatakan udara,
dan Herakleitos (544-484 S.M) menjawab asal hakekat alam semesta adalah api,
dia berpendapat bahwa di dunia ini tak ada yang tetap, semuanya mengalir.
Variasi jawaban yang dikemukakan para filsuf menandai dinamika pemikiran yang
mencoba mendobrak dominasi mitologi, mereka mulai secara intens memikirkan tentang
Alam/Dunia, sehingga sering dijuluki sebagai Philosopher atau akhli tentang
Filsafat Alam (Natural Philosopher), yang dalam perkembangan selanjutnya
melahirkan Ilmu-ilmu kealaman.
Pada perkembangan selanjutnya, disamping pemikiran
tentang Alam, para akhli fikir Yunani pun banyak yang berupaya memikirkan
tentang hidup kita (manusia) di Dunia. Dari titik tolak ini lahir lah Filsafat
moral (atau filsafat sosial) yang pada tahapan berikutnya mendorong lahirnya
Ilmu-ilmu sosial. Diantara filsuf terkenal yang banyak mencurahkan perhatiannya
pada kehidupan manusia adalah Socrates (470-399 S.M), dia sangat menentang
ajaran kaum Sofis.
Filsafat Yunani terus berkembang dengan Tokohnya Plato
(427-347 S.M), salah seorang murid Socrates. Diantara pemikiran Plato yang
penting adalah berkaitan dengan pembagian relaitas ke dalam dua bagian yaitu
realitas/dunia yang hanya terbuka bagi rasio, dan dunia yang terbuka bagi
pancaindra, dunia pertama terdiri dari idea-idea, dan dunia ke dua adalah dunia
jasmani (pancaindra), dunia ide sifatnya sempurna dan tetap, sedangkan dunia
jasmani selalu berubah. Dengan pendapatnya tersebut, menurut Kees Berten
(1976), Plato berhasil mendamaikan pendapatnya Herakleitos dengan pendapatnya
Permenides, menurut Herakleitos segala sesuatu selalu berubah, ini benar kata
Plato, tapi hanya bagi dunia Jasmani (Pancaindra), sementara menurut Permenides
segala sesuatu sama sekali sempurna dan tidak dapat berubah, ini juga benar
kata Plato, tapi hanya berlaku pada dunia idea saja.
Dalam sejarah Filsafat Yunani, terdapat seorang filsuf
yang sangat legendaris yaitu Aristoteles (384-322 S.M), seorang yang pernah
belajar di Akademia Plato di Athena. Setelah Plato meninggal Aristoteles
menjadi guru pribadinya Alexander Agung selama dua tahun, sesudah itu dia
kembali lagi ke Athena dan mendirikan Lykeion, dia sangat mengagumi
pemikiran-pemikiran Plato meskipun dalam filsafat, Aristoteles mengambil jalan
yang berbeda (Aristoteles pernah mengatakan-ada juga yang berpendapat bahwa ini
bukan ucapan Aristoteles- Amicus Plato, magis amica veritas – Plato memang
sahabatku, tapi kebenaran lebih akrab bagiku – ungkapan ini terkadang
diterjemahkan bebas menjadi “Saya mencintai Plato, tapi saya lebih mencintai
kebenaran”).
Aristoteles mengkritik tajam pendapat Plato tentang
idea-idea, menurut Dia yang umum dan tetap bukanlah dalam dunia idea akan
tetapi dalam benda-benda jasmani itu sendiri, untuk itu Aristoteles
mengemukakan teori Hilemorfisme (Hyle = Materi, Morphe = bentuk), menurut teori
ini, setiap benda jasmani memiliki dua hal yaitu bentuk dan materi, sebagai
contoh, sebuah patung pasti memiliki dua hal yaitu materi atau bahan baku
patung misalnya kayu atau batu, dan bentuk misalnya bentuk kuda atau bentuk
manusia, keduanya tidak mungkin lepas satu sama lain, contoh tersebut hanyalah
untuk memudahkan pemahaman, sebab dalam pandangan Aristoteles materi dan bentuk
itu merupakan prinsip-prinsip metafisika untuk memperkukuh dimungkinkannya Ilmu
pengetahuan atas dasar bentuk dalam setiap benda konkrit.
Teori hilemorfisme juga menjadi dasar bagi
pandangannya tentang manusia, manusia terdiri dari materi dan bentuk, bentuk
adalah jiwa, dan karena bentuk tidak pernah lepas dari materi, maka
konsekuensinya adalah bahwa apabila manusia mati, jiwanya (bentuk) juga akan
hancur.
Disamping pendapat tersebut Aristoteles juga dikenal
sebagai Bapak Logika yaitu suatu cara berpikir yang teratur menurut urutan yang
tepat atau berdasarkan hubungan sebab akibat. Dia adalah yang pertama kali
membentangkan cara berpikir teratur dalam suatu sistem, yang intisarinya adalah
Sylogisme (masalah ini akan diuraikan khusus dalam topik Logika) yaitu menarik
kesimpulan dari kenyataan umum atas hal yang khusus (Mohammad Hatta, 1964).
Semenjak meninggalnya Aristoteles, filsafat terus
berkembang dan mendapat kedudukan yang tetap penting dalam kehidupan pemikiran
manusia meskipun dengan corak dan titik tekan yang berbeda. Periode sejak
meninggalnya Aristoteles (atau sesudah meninggalnya Alexander Agung (323 S.M)
sampai menjelang lahirnya Agama Kristen oleh Droysen (Ahmad Tafsir. 1992)
disebut periode Hellenistik (Hellenisme adalah istilah yang menunjukan
kebudayaan gabungan antara budaya Yunani dan Asia Kecil, Siria, Mesopotamia,
dan Mesir Kuno). Dalam masa ini Filsafat ditandai antara lain dengan perhatian
pada hal yang lebih aplikatif, serta kurang memperhatikan Metafisika, dengan
semangat yang Eklektik (mensintesiskan pendapat yang berlawanan) dan bercorak
Mistik.
Komentar
Posting Komentar